serba-serbi

dipikir-pikir isinya ibu-ibu sekali…. (bapak-bapak gak usah takut gitu dong)

hamil dan melahirkan di amerika

Ini sebenarnya cerita sudah basi, tiga tahun yang lalu. Semoga tidak banyak yang terlupakan dan salah ingat.

Hamil pertama di luar negeri jauh dari orangtua, ih.. serem…

Segala serba tidak tahu.

Saya ingat pertama kali ke dokter kandungan, ternyata diketahui usia kehamilan sudah tiga bulan (telat banget gak sih…)

Karena tidak ada orangtua yang selalu siap sedia untuk dijadikan referensi, internet dan buku menjadi tumpuan segala pertanyaan saya. Buku yang saya baca dan cukup bagus adalah ‘What to Expect When You Are Expecting’ berisi serba serbi kehamilan dirunut berdasarkan usia kehamilan.

Setiap bulan harus datang ke dokter kandungan. Dicek berat badan saya (dari kenaikan berat badan sepertinya diketahui besarnya pertumbuhan anak), tekanan darah saya, dan detak jantung sang jabang bayi.

Diberitahu harus meminum vitamin prenatal (vitamin hamil) dan tablet penambah zat besi. TIDAK pernah disarankan meminum susu khusus ibu hamil, tapi memang harus minum susu, susu murni.

Usia kehamilan empat bulan, saya di USG. Dilihat seberapa besar si anak, detak jantungnya diperhatikan juga, dan tentu saja jenis kelamin. Pada usia ini juga saya sempat ditawari untuk mengikuti Triple Screen atau Alphafetoprotein Test untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada calon anak. Tapi saya tolak, karena menurut dokternya bila diketahui ada kelainan pun tidak bisa diobati atau diperbaiki. Diketahui hasilnya agar orangtua bisa memutuskan untuk meneruskan kehamilan atau tidak;dan apabila diputuskan untuk dilanjutkan orangtua bisa lebih bersiap diri. Ah.. bikin panik aja kalau benar hasilnya buruk, masak iya mau digugurkan.

Usia kehamilan tujuh bulan, saya harus menjalani tes gula darah untuk mengetahui kadar gula pada saat kehamilan. Tes dilakukan dengan cara mengambil darah setelah saya diberi minuman khusus berisi gula. Apabila hasilnya melebihi yang seharusnya (yang mana saya dahulu iya), harus mengikuti tes lagi dengan cara yang sama hanya saja kali ini darah saya diambil setelah 30 menit, satu jam, 2 jam, dan 3 jam saya meminum cairan gula tadi. Apabila gagal dalam tes ini yaitu kadar gula darahnya masih berlebih (alhamdulillah saya dulu tidak), dianjurkan untuk menemui ahli gizi yang akan memberitahukan pola makan yang baik untuk menurunkan kadar gula darah ini.

Apa yang terjadi bila kadar gula darah terlalu tinggi?
Karena kadar gula darah ibu tinggi, kadar gula darah calon anak pun akan tinggi. Dengan kadar gula yang berlebih ini, gula yang tidak terpakai akan disimpan bayi menjadi lemak yang bisa menyebabkan bayi menjadi besar. Bayi besar akan mempersulit proses kelahiran dan memperbesar kemungkinan kelahiran dengan cara operasi caesar.

Usia tujuh bulan ini juga, kalau tidak salah saya di USG lagi. Untuk memastikan pertumbuhan bayi normal. Terutama dari ukurannya, apakah cukup besar, terlalu besar, atau terlalu kecil.

Memasuki usia delapan bulan, saya datang ke dokter kandungan setiap dua minggu. Seperti biasa untuk ditimbang, cek tekanan darah, dan cek detak jantung anak.

Sembilan bulan, setiap minggu saya melakukan pengecekan ke dokter.

Tiga minggu sebelum memasuki hari H, saya sudah mengalami pembukaan 2, disuruh menunggu hingga proses selanjutnya dirumah. Setelah dua minggu di pembukaan dua, dokter menyarankan untuk diinduksi karena menurut beliau takut anaknya terlalu besar mengingat suami yang ukurannya jauh diatas saya. Tapi saya tolak, karena memang belum masuk perhitungan hari H, yaitu 18 Agustus. Usut punya usut, ternyata usul induksi juga dilatarbelakangi untuk menghindari kelahiran di akhir minggu ketika dokter wanita semuanya sedang libur.

Seminggu sebelum hari H, masuk bukaan tiga, masih juga belum disuruh masuk perawatan bersalin.

Hari H. Setelah dalam tiga hari sekitar lima mall terarungi plus jalan kaki keliling kota cilik baltimore, akhirnya pada 17 Agustus, sehari sebelum waktu perkiraan, kontraksi yang ditunggu-tunggu datang juga. Kalau sudah berjarak setiap lima menit kontraksinya baru disarankan datang ke rumah sakit. Jangan minta dijemput ambulans katanya, karena dengan demikian akan dibawa ke rumah sakit terdekat, belum tentu rumah sakit pilihan kita.

Saya datang ke rumah sakit Mercy di Baltimore dengan berjalan kaki (kebetulan jarak rumah sakit hanya 300 m dari apartemen saya). Sudah mengalami kontraksi setiap 5 menit rasanya. Datang ke rumah sakit kemudian sedikit berurusan administrasi, saya dimasukan ke ruangan triage ruang tempat pasien dicek awal sebelum kemudian diputuskan tindakan selanjutnya. Ruangannya tidak terlalu besar, terdapat tiga tempat tidur pasien yang diberi tirai satu dan lainnya. Dilengkapi dengan alat yang memonitor kontraksi dan detak jantung anak gitu ya(duh.. lupa melulu).

Oh iya, sebelumnya diberi gelang plastik yang memiliki kode yang sama dengan gelang yang akan dipasang pada bayi. Gelang ini berfungsi untuk menghindari bayi tertukar, dan bayi yang diculik dari dari rumah sakit, karena setiap ada bayi yang keluar dari daerah ibu dan anak akan selalu dicek oleh petugas. Sang pembawa bayi harus memiliki gelang dengan nomor yang identik.

Setelah diputuskan saya tinggal (tidak disuruh pulang karena dinyatakan belum saatnya), saya dipindahkan ke ruangan bersalin. Ruangan ini sangat indah. Sangat tidak berkesan rumah sakit. Dengan warna warni wallpaper yang menarik. Lebih mengingatkan saya pada kamar hotel, hanya saja tempat tidur yang ada adalah tempat tidur untuk bersalin. Ada alat untuk memonitor kontraksi dan lainnya, ada boks bayi yang dilengkapi dengan lampu penghangat diatasnya untuk perawatan pertama bayi, timbangan, kamar mandi yang cukup untuk dimasuki kursi roda, dan sofa untuk penunggu proses kelahiran.

Proses kelahiran ini boleh ditunggui oleh dua orang penunggu. Saya ditemani oleh suami dan ibu yang Alhamdulillah bisa datang dari Indonesia.

Karena rumah sakit yang dipilih adalah tempat praktek calon dokter, saya bulak balik di cek oleh dokter jaga yang ditemani oleh salah satu calon dokter. Tiga jam setelah menanti diruang bersalin ini, akhirnya masuk pada bukaan 10, saatnya mengeluarkan si bayi. Staf yang bertugas adalah dokter jaga, dokter kandungan saya, calon dokter, dokter anak, dua orang suster (satu mengurus anak, satu mengurus saya).

Alhamdulillah tanpa obat, tanpa epidural- penghilang rasa sakit dengan cara diinfus ke dalam saraf tulang belakang- walaupun gratis. Salah satu penyemangat saya adalah cermin yang dipasang sedemikian rupa sehingga saya bisa melihat kepala anak saya keluar dari badan saya. Wah.. beneran ada anaknya…

Setelah lahir anak langsung diambil alih oleh dokter anak untuk dicek kondisinya, sementara saya masih dirawat oleh dokter kandungan. Setelah semuanya dinyatakan baik-baik saja, Dhika anak saya langsung diberikan kepada saya untuk disusui.

Satu jam lamanya saya masih tinggal di ruang bersalin setelah melahirkan, hal ini katanya diperlukan untuk memudahkan perawatan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap saya atau bayi.

Setelah satu jam, baru saya dan bayi diperbolehkan pindah ke ruang rawat inap. Ruangan ini pun sangat nyaman. Satu ruangan untuk satu pasien (tidak tahu persis ada yang versi untuk beramai-ramainya atau tidak). Ada kamar mandi untuk pemakai kursi roda, wastafel, boks bayi, dan satu sofa yang bisa dijadikan tempat tidur untuk penunggu.

Bayi tidak pernah lepas dari tangan saya sejak dilahirkan. Dia hanya terpisah dari saya ketika akan disunat dan dicek kesehatannya. Setiap tiga jam sekali datang suster mengingatkan saya untuk menyusui anak saya. Selebihnya semuanya dilakukan sendiri. Mengganti popok untuk pertama kalinya, menyusui, mengganti baju anak, membelai-belai, menggendong, semua sendiri tidak ada campur tangan pihak rumah sakit. Meskipun demikian pihak rumah sakit siap membantu menjawab pertanyaan bila kita ada pertanyaan atau hal-hal teknis yang belum diketahui, pengerjaannya dilakukan sendiri.

Rumah sakit menyediakan ahli laktasi untuk membantu para ibu termasuk saya yang masih belajar menyusui anaknya sendiri. Artikel lebih lengkapnya bisa lihat di sini .

Dua malam tinggal di rumah sakit, pulang deh. Tidak semudah itu juga pulang. Selain masalah administrasi termasuk pengecekan gelang tangan, rumah sakit mengecek juga apa kita memiliki carseat yang memadai untuk membawa pulang bayi bila menggunakan mobil. Kalau tidak, bayi ada kemungkinan tidak boleh dibawa pulang.

Sedikit pengalaman, hampir tiga tahun yang lalu.

17 Komentar»

  cjusman wrote @

Bagus sekali utk di-share Ndew πŸ™‚ ga kerasa ya udah 3 tahun yl πŸ™‚

makasih bu… iya euy.. dah besar beliau…

  aRuL wrote @

cerita menarik πŸ™‚

  k’baca wrote @

Repot juga ya, buk???

barangkali ya.. gak ngerti di amerika aja yang repot begini atau ditempat lain juga (indonesia misalnya) belum pernah mengalami di tempat lain…

  vidya wrote @

weits, udah 3 taun ya… ga kerasa Blom mau tambah lagi??

[…] dahulu bagaimana? Bisa dilihat ditulisan ini, Alhamdulillah dulu kebagian menyusui anak saya dalam satu jam pertama usianya. NAMUN tidak […]

  iman brotoseno wrote @

ASI memang penting koq…

  sipund wrote @

hi nDew. anakku jg udah 2 tahun nih umurnya. blum bisa ngomong. takutnya bingung bahasa. anakmu gmn? bagi2 cerita ya πŸ™‚ -aLiaSR-

  tianugraha wrote @

Seandainya SOP RS di Indonesia seperti ini. Dijamin populasi penduduk bertambah karena nyamannya melahirkan.

Aminn….

  Mira wrote @

saya kok jadi pingin punya bayi lagi ya abis baca ini πŸ˜€

  sofi wrote @

ndew kapan mo ngalihirin di jepang? hehe. disini mah kejam, yg sungsang aja di urut dulu biar normal posisinya, trus begitu berhasil ke posisis normla langsung diinduksi biar cepet2 brojol. ga ada yg namanya epidural2an. maksudnya lebih kejam dari indo yg bisa milih sungsang, dan epidural hehe.

  rani wrote @

waduh membaca ceritanya mbak kok jadi inget aku sendiri nih nelongso hehehe, insyaallah mau kelahiran September ini en cuman suamiku aja yang ngurus aku, di samping ngurus ortu yang satunya dah tua en satunya terminal cancer, en nggak ada keluarga indoensia yang dateng, jadi nangis aku inget ibuku hehehe,mana di Inggris cuacanya serem lagi

  ndew wrote @

Ayo… semangat!! kamu bisa!!! Salah satu persiapannya, sebelum melahirkan masak yang banyak simpan di freezer (terutama lauk pauk). Jadi ketika habis melahirkan hanya tinggal memanaskan dan sedikit2 menumis sayur.
Semoga lancar semuanya ya….

  wintan wrote @

waduh mbak aku baca ceritanya aku malah takut deh mbak,mbak gak kedinginan mbak?

  fadshant1985 wrote @

Hi bu ndew. Saya akn melahirkan di us juga tahun ini. Insya allah bulan september. Dari cerita di atas~ jadi ntar kalo udah mau melahirkan kita langsung k rumah sakit ya, bukan ketempat periksa biasanya? Saya masih bingung soalnya πŸ™‚ karna saya periksa ama obgyn tapi bukan kayak rumh sakit tempatnya, lebih kayak klinik tapi kecil.

  ndew wrote @

Assalamualaikum Fadshant.. coba dikonsultasikan dengan dokternya bagaimana rencana melahirkannya.. Rasanya disana semua bisa diatur sesuai keinginan kita.

  fadshant1985 wrote @

Waalaikumsalam..
Oo begitu ya.. saya baru sekali juga periksa kemarin.. hehe.. masih bingung jadinya. Makasi ya bu ndew udah di jawab πŸ™‚


Tinggalkan Balasan ke fadshant1985 Batalkan balasan